Kali pertama aku menginjakkan kaki ke Pulau Tikus Bengkulu, aku ingat betul hari itu tanggal 17 Agustus 2017, tepat di hari perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Meski aku sudah mendengar Pulau Tikus sejak beberapa tahun sebelumnya, tapi apalah daya bahwa izin berangkat ke sana baru keluar saat itu, bersama teman-teman bloger pula. wisata alam indonesia
I’m not gonna lie, waktu itu aku menyesal kenapa nggak main ke Pulau Tikus sejak dari sebelum-sebelumnya. Aku jatuh hati seketika pada keelokan yang ditampakkan oleh Pulau Tikus ini.
Sebab jaraknya hanya 5 mil dari daratan Sumatra. Pulau ini pun dapat dijangkau hanya dalam waktu sekitar 40 menit hingga satu jam ini terlalu cantik untuk dilewatkan. Airnya masih biru jernih hingga terlihat semua yang ada di dalamnya, pasirnya bersih dan membuatnya asyik untuk berkeliling pulau di pagi dan sore hari, langit birunya yang memesona berpadu dengan birunya air.
In other words: a heaven on earth.
Pulau Tikus Bengkulu Tahun 2021, Semakin Mengecil Akibat Abrasi
Kali lain aku melangkah ke Pulau Tikus adalah pada akhir Maret 2021. Iya, aku tahu saat itu masih pandemi, makanya cuma bisa main ke destinasi wisata yang dekat-dekat aja. Tenang, di sana aku tetap menerapkan protokol kesehatan kok, dan perjalananku saat itu sudah mendapatkan approval dari teman yang juga seorang dokter.
Lagipula, sebagai seseorang yang suka jalan-jalan, menahan diri untuk tidak traveling sama sekali selama satu setengah tahun (terhitung Desember 2019-Maret 2021) itu susah, jenderal! Dan hingga saat ini di bulan Agustus bahkan rutenya cuma kosan-kantor-kosan-kantor aja kok, hehe.
Ternyata Pulau Tikus masih seperti sebelumnya. Airnya masih biru jernih, birunya langit masih sama menakjubkan, pasirnya masih bersih. Suasana yang kurasa di sana pun masih sama, menenangkan dan buatku dapat bersantai di kala lelah.
Kali ini aku mencoba hal lain, di mana aku dan beberapa orang menginap semalam di sana untuk melihat sunset dan sunrise, dan pilihanku tidak salah. Menonton matahari terbenam di sana terasa se-magical itu. Tidur di tenda dan di-nina bobo-kan oleh desir angin dan bunyi ombak, makan malam ikan bakar yang fresh dari laut. Aku tidak tahu apakah pikiranku yang terlalu ruwet saat itu atau entah apa, yang jelas ada sejumput rasa tidak rela saat akhirnya harus pulang.
Namun ada satu perbedaan terasa cukup kentara. Dalam jangka waktu tiga setelah tahun berselang, Pulau Tikus ternyata masih menghadapi ancaman abrasi atau pengikisan daratan. Ya, Pulau Tikus masih terus dihantam gelombang laut. Hal ini membuat luasannya yang awalnya 2,5 hektar, kini sekitar setengah hektar saja. Bahkan saat dilihat sekilas saat berjalan mengelilingi pulau, sudah langsung terlihat bahwa pulau ini kian mengecil.
Menjaga Pulau Tikus, Menjaga Lingkungan, Menjaga Keanekaragaman Wisata Alam Indonesia
Pulau Tikus hanyalah sebuah representasi kecil dari begitu banyaknya wisata alam yang ada di Bengkulu. Nah, coba bayangkan, bagaimana dengan keanekaragaman wisata alam Indonesia? Pastinya jauh lebih banyak lagi.
Dan bila Pulau Tikus dibiarkan terus abrasi, tak heran bila beberapa tahun lagi pulau ini akan hilang lenyap hingga tinggal kenangan belaka. Sebegitu teganya kah kita?
Maka sudah menjadi tugas kita bersama untuk menjaga Pulau Tikus. Sudah menjadi tugas kita bersama untuk menjaga lingkungan, guna menjaga keanekaragaman wisata alam Indonesia. Agar anak cucu kita nantinya tetap bisa menikmati apa yang alam suguhkan kepada kita saat ini: sebuah wisata alam berupa pulau nan cantik. Agar Pulau Tikus tetap berdiri tegak meski terus dihantam ombak besar. Agar para nelayan masih bisa memanfaatkan pulau ini untuk mencari penghidupan.
Lantas, bagaimana caranya untuk menjaga Pulau Tikus dan menjaga lingkungan?
- Berwisata tanpa merusak alam,
- Mendukung pemerintah untuk melakukan reklamasi,
- Mendukung penanaman mangrove di pinggir pantai,
- Mendukung kegiatan peduli lingkungan,
- Turut mengawasi Pulau Tikus dan lingkungan sekitar,
- Menerapkan gaya hidup ramah lingkungan,
- Menjaga dan melindungi hutan,
- Menjaga dan melindungi flora Indonesia,
- Menjaga dan melindungi fauna Indonesia.
Menjaga lingkungan hidup guna menjaga kelestarian keanekaragaman wisata alam Indonesia. Semangat! ^^
PS: Setelah pandemi usai, nggak sabar untuk main ke Pulau Tikus Bengkulu lagi. Oh iya, tulisan ke Pulau Tikus bulan Maret lalu akan segera diselesaikan, hehe.
Referensi:
- https://rri.co.id/daerah/887077/pulau-tikus-terancam-hilang-reklamasi-solusinya
- https://news.detik.com/berita/d-5150408/pulau-tikus-tinggal-setengah-hektare-pemprov-bengkulu-dukung-reklamasi
- https://www.unib.ac.id/2017/09/3431/
- https://klikhijau.com/read/menilik-permasalahan-lingkungan-di-pulau-tikus-yang-semakin-mencemaskan/