by Anindita Ayu | Jul 2, 2020 | Books
I’m in love with Nana dan Leo sejak 17 Years of Love Song, dan ketika akhirnya bisa membaca kelanjutan kisah Leo–kali ini dengan Lena, anak perempuan Leo dan Nana–dalam Years After itu rasanya seperti dikembalikan ke beberapa tahun lalu, saat aku membaca 17 Years of Love Song. (more…)
by Anindita Ayu | Oct 17, 2019 | Books
Jika kamu harus memilih, apa yang akan kamu lakukan? Akankah bertahan pada cinta ataukah berpegang pada kenyataan yang ada? Hijrah asmara, kata-kata hijrah, hijrah adalah, hijrah cinta, motivasi hijrah, pemuda hijrah, hijrah dan istiqomah, pemuda hijrah, (more…)
by Anindita Ayu | Mar 22, 2019 | Books, Lifestyle, Thought
Menurut ahli filsafat Yunani, menulislah maka kamu ada. Pertanyaannya, apakah bisa menjadi seorang penulis dengan cara menulis saja? Apalagi saat ini terus bermunculan penulis-penulis baru setiap saat. Apa yang harus kita lakukan agar bisa menjadi penulis buku berkualitas? (more…)
by Anindita Ayu | Dec 2, 2017 | Books
Hiyapp Kali ini Anin bakal ngereview buku Novel yang baru-baru ini selesai saya baca, Novel Besutan Windry Ramadhina yang merupakan salah satu novelis yang juga sudah menulis beberapa novel lainnya.
[vc_row][vc_column width=”1/4″][/vc_column][vc_column width=”1/2″][vc_column_text]
IDENTITAS BUKU
[/vc_column_text][vc_column_text]
Judul: Angel in the Rain
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagasmedia
Tahun Terbit: Cetakan pertama, 2016
Tebal: 460 Halaman
ISBN: 978-979-780-870-9
[/vc_column_text][vc_empty_space height=”16px”][/vc_column][vc_column width=”1/4″][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column width=”1/2″][vc_column_text][/vc_column_text][/vc_column][vc_column width=”1/2″][vc_empty_space][vc_empty_space height=”52px”][vc_column_text]
Rating Saya Untuk Buku Ini
[/vc_column_text][vc_raw_html]JTNDcCUyMHN0eWxlJTNEJTIydGV4dC1hbGlnbiUzQSUyMGNlbnRlciUzQiUyMiUzRSUzQ2RpdiUyMGNsYXNzJTNEJTIyc3RhcnMlMjIlM0UlMjAlMEElM0NzcGFuJTIwY2xhc3MlM0QlMjJzdGFyJTIwb24lMjIlM0UlM0MlMkZzcGFuJTNFJTBBJTNDc3BhbiUyMGNsYXNzJTNEJTIyc3RhciUyMG9uJTIyJTNFJTNDJTJGc3BhbiUzRSUwQSUzQ3NwYW4lMjBjbGFzcyUzRCUyMnN0YXIlMjBvbiUyMiUzRSUzQyUyRnNwYW4lM0UlMEElM0NzcGFuJTIwY2xhc3MlM0QlMjJzdGFyJTIwb24lMjIlM0UlM0MlMkZzcGFuJTNFJTBBJTNDc3BhbiUyMGNsYXNzJTNEJTIyc3RhciUyMGhhbGYlMjIlM0UlM0MlMkZzcGFuJTNFJTBBJTNDJTJGZGl2JTNFJTNDJTJGcCUzRQ==[/vc_raw_html][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text]Sinopsis:
Ini kisah tentang keajaiban cinta.
Tentang dua orang yang dipertemukan oleh hujan. Seorang pemuda lucu dan seorang gadis gila buku yang tidak percaya pada keajaiban.
Di Charlotte Street London, mereka bertemu, tetapi kemudian berpisah jalan.
Ketika jalan keduanya kembali bersilangan, sayangnya luka yang mereka simpan mengaburkan harapan. Ketika salah seorang percaya akan keajaiban cinta, bahwa luka dapat disembuhkan, salah seorang lainnya menolak untuk percaya.
Apakah keajaiban akan tetap ada jika hati kehilangan harapan? Apakah mereka memang diciptakan untuk bersama meski perpisahan adalah jalan yang nyata?
Review:
Udah terlalu lama sejak terakhir kali aku menulis review novel. Yup, postingan terakhir mengenai review itu adalah bulan Mei 2016, berarti satu setengah tahun terakhir telah berlalu. Dan tumpukan To Be Reading masih bertumpuk. Oke, bukan tumpukan lagi kalau jumlahnya lebih dari dua ratus buku kali ya >.<
Angel in the Rain – Windry Ramadhina
Keajaiban cinta ada jika kau percaya.
Angel in the Rain merupakan cerita lanjutan dari London: Angel yang diisukan akan diangkat menjadi film layar lebar, walau sampai sekarang belum ada kelanjutan kabar beritanya.
Pada prekuel Angel in the Rain, kak Windry mengisahkan tentang Gilang, seorang pemuda yang nekad pergi ke London. Tekad kuatnya saat itu adalah untuk mengejar Ning, sahabat baik sekaligus cinta pertamanya namun gagal. Di tengah patah hatinya, kepergian Gilang ke London malah membuat Goldilocks–malaikat yang turun bersama hujan–mempertemukannya dengan Ayu, seorang gadis misterius penggila buku.
Dan dari pertemuan singkat di Charlotte Street itu, rupanya Goldilocks masih ingin mengikat takdir mereka berdua. Dalam Angel in the Rain, lagi-lagi Gilang dan Ayu bertemu. Namun kali ini bukan lagi bertemu di London, melainkan di Indonesia. Keduanya sama-sama patah hati: Gilang patah hari karena Ning lebih memilih pria lain dan Ayu patah hati pada kekasih kakaknya, Em. Hati yang sama-sama telah patah membuat mereka mencoba mengobati kesedihan bersama. Namun sayang, ada yang kehilangan kepercayaan pada cinta saat keduanya mulai jatuh pada cinta itu sendiri.
Jika London: Angel lebih menceritakan tentang Gilang, pada Angel in the Rain fokus utama cerita akan berpindah pada Ayu. Dalam Angel in the Rain ini, Goldilockslah yang akan bercerita tentang kisah Ayu dan Gilang, tentang ketakutan-ketakutan Ayu, tentang kesukaan keduanya terhadap dunia buku, tentang keduanya yang sama-sama penulis novel, dan tentang kedekatan keduanya.
Sebagai salah seorang penulis novel romance yang buku-bukunya pasti akan aku beli setiap kali kak Windry menerbitkan buku baru, Angel in the Rain menjadi novel favoritku setelah Memori. Memori juga bercerita tentang kehilangan, namun pada Angel in the Rain, kak Windry mampu meramu kisah kehilangan yang berbeda dengan natural tanpa banyak paksaan dan kebetulan. Chemistry keduanya terasa nyata yang dibangun sedikit demi sedikit.
Aku menyukai gaya bercerita kak Windry yang mengambil sudut pandang orang ketiga, seolah Goldilocks yang menceritakan semua kisah Ayu dan Gilang. Alur cerita sangatlah rapi dan mampu membuatku masuk ke dalam dunia hujan mereka berdua. Aku menyukai karakter keduanya, bagaimana Ayu sang gadis pembawa hujan dan Gilang yang mampu menjerat Ayu dalam pesonanya. Dan yang paling aku suka adalah bagaimana kak Windry bercerita tentang hujan dan kecintaan mereka berdua terhadap buku.
Untuk kekurangannya sendiri, hanya pada bagian open endingnya saja. Mengapa? Ya karena setelah petualangan dan perjuangan mereka, bisa dipastikan keduanya akan bersama. Akan tetapi, apa hanya itu saja?
[/vc_column_text][vc_column_text css_animation=”none”]
Goldilocks, setiap orang punya keajaiban cintanya sendiri, katamu? Kurasa aku telah menemukannya. Tidak. Aku yakin telah menemukannya. Namun, dia menolak percaya. Lebih tepatnya, dia menolak percaya kepadaku.
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][/vc_column][/vc_row]
by Anindita Ayu | Nov 29, 2017 | Books, Lifestyle
[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Waktunya balik lagi dengan #KEBloggingCollab. Untuk kali ini tema yang diajukan mak Alfu kali ini adalah DIY, dengan postingan triggernya adalah Key Cover Buatan Sendiri. Tantangan baru lagi nih, selama ini kan belum pernah menulis tentang DIY. Mak-mak di KEB ini tiap tema yang diajukan mantap-mantap semua, rata-rata bikin baper atau pusing sendiri XP
Oke ngaku, ini postingan udah telat banget. Beberapa minggu ini lagi riweuh banget-nget-nget. Bolak-balik sana sini udah macem makhluk nomaden. Ah sudahlah, mari kembali ke topik awal.
Dikarenakan aku adalah seorang penimbun buku, yang paling dekat dengan keseharianku ya buku. Untuk sederhananya, aku memilih membuat DIY origami pembatas buku ini karena beberapa alasan di baliknya, antara lain:
- Untuk buku-buku terbitan baru, sebagian besar memang telah dilengkapi dengan pembatas buku namun tidak semua. Buku-buku terbitan lama juga kebanyakan tidak memiliki pembatas buku, hingga aku sering menyelipkan kertas, tiket, struk pembayaran dan lain-lain sebagai pembatas. Namun sayangnya, terkadang aku jenuh dengan bentuk pembatas yang itu-itu saja dan membutuhkan variasi.
- Banyak di antara peminjam buku-bukuku itu walaupun telah diselipkan pembatas di dalam bukunya, namun tetap melipat kertas di dalamnya sebagai penanda bacaan mereka. Jenis peminjam seperti ini nih yang mengesalkan. Udah minjem, merusak pula. Jadi perlu pembatas buku yang lebih besar agar mereka sadar dan tidak merusak buku-bukuku lagi.
- Dan alasan ketiga adalah: see how cute this origami bookmark is?
So without further do, let’s get this DIY Origami Pembatas Buku started.
Ada dua jenis pembatas buku yang akan kita buat kali ini. Untuk alat dan bahan kita hanya membutuhkan kertas origami yang banyak dijual di toko buku. Kertas origami ini pun banyak jenisnya. Ada yang polos, bermotif, berwarna bolak-balik, dan beberapa jenis lainnya. Tinggal pilih saja jenis dan ukuran kertas origami yang kita butuhkan.
Pembatas buku pertama
Untuk jenis pembatas buku ini, aku menggunakan kertas origami bermotif. Adapun cara pembuatannya antara lain:
a. Lipat secara diagonal kertas origami. Lipat pula sisi satunya secara diagonal.
b. Buka kembali pola lipatan awal. Balikkan kertas, lalu lipat dua. Ulangi pada sisi lainnya.
c. Lipat menjadi segitiga seperti pola berikut ini.
d. Ambil salah satu sudut lancip dari pola segitiga, lalu lipat ke arah atas. Lakukan hal yang sama pada sisi satunya.
e. Buka lipatan pada langkah d. Ikuti pola sebelumnya, lalu lipat pola ke atas seperti gambar di bawah ini.
f. Ambil sudut tengah, lalu tekuk tepat pada lipatan dalam hingga kembali membentuk segitiga seperti contoh berikut ini.
g. Lipat kembali sudut tengah tadi dan lipat ke kiri hingga bersentuhan dengan pola segitiga pada langkah f. Repeat pada sudut tengah yang satu lagi.
h. Lipat sudut lancip bentukan dari langkah g ke arah atas pada kedua sudut.
i. Lipat ke arah belakang kertas origami di atas segitiga hasil dari langkah h. And we’re done! It is so cute, isn’t it?
Dicobain langsung di buku. Cute ya!
Pembatas buku kedua
Untuk pembeda dari jenis pertama tadi, maka untuk pembatas buku kedua ini aku menggunakan kertas origami polos. Dan langkah-langkah pembuatannya antara lain:
a. Lipat menjadi dua bagian pada kertas origami. Lipat juga pada sisi lainnya.
b. Setelah itu, lipat menjadi dua setengah bagian dari kertas origami.
c. Balik kertas yang telah kita lipat tersebut. Ambil kedua ujung atas dari lipatan sebelumnya dan lipat ke arah bawah secara simetris.
d. Balikkan lagi kertas origami. Ambil kedua sudut bawah dari kertas, dan lipat ke arah dalam secara simetris.
e. Balikkan kembali kertas origami. Kali ini, ujung lancip yang tadinya mengarah ke atas kita putar ke arah bawah. Ambil sudut di lapisan luar kertas origami, lalu tekuk menjadi segitiga seperti contoh ini. Lakukan juga pada sisi lainnya.
f. Setelah itu, ambil kembali sisa sisi di bagian tengah kertas origami dan lipat menuju segitiga hasil langkah e. Lakukan pula pada sisi satunya.
g. Lipat sudut lancip hasil dari langkah f ke arah atas seperti gambar.
h. Dan terakhir, lipat ke arah belakang setengah bagian dari kertas origami. Selesai deh!
See, aku sih bakal bikin banyak nih. Me likey!
Kamu lebih suka yang mana? Pembatas buku origami jenis pertama atau kedua? Sharing yuk DIY apa yang sering dibuat.. ^^
Dituliskan untuk #KEBloggingCollab kelompok Najwa Shihab.
Baca juga: Padu Padan Boots untuk Muslimah ala Dian Pelangi
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]
by Anindita Ayu | May 25, 2016 | Books
Judul: Purple Eyes
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: Inari
Tahun Terbit: Mei 2016
Tebal: 144 Halaman
ISBN: 978-602-74322-0-8
Rating: 4/5
Sinopsis:
Karena terkadang tidak merasakan itu lebih baik daripada menanggung rasa sakit yang bertubi-tubi.
Ivarr Amundsen kehilangan kemampuannya untuk merasa. Orang yang sangat ia sayangi meninggal dengan cara yang keji, dan dia memilih untuk tidak merasakan apa-apa lagi, menjadi seperti sebongkah patung lilin.
Namun, saat Ivarr bertemu Solveig, perlahan ia bisa merasakan lagi percikan-percikan emosi dalam dirinya. Solveig, gadis yang tiba-tiba masuk dalam kehidupannya. Solveig, gadis yang misterius dan aneh.
Berlatar di Trondheim, Norwegia, kisah ini akan membawamu ke suatu masa yang muram dan bersalju. Namun, cinta akan selalu ada, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun.
——————————————————————————————————————————–
Adalah Hades, sang dewa kematian. Ia dikenal dengan banyak nama: Hel, Pluto, Izanami, Izanagi, Reaper, Death.
Adalah Lyre, gadis Inggris berumur dua puluh empat tahun, dengan wajah aristokratis, mata cokelat indah, dan rambut cokelat menyentuh leher. Ialah gadis yang meninggal tahun 1895.
Sekaligus menjadi asisten Hades. Sang dewa kematian.
Dan sekarang, seratus dua puluh tahun setelah kematian Lyre, sang dewa kematian meminta Lyre untuk menemaninya turun ke bumi demi sebuah misi.
Hades sendiri tidak diizinkan turun ke bumi kecuali benar-benar penting. Terjadi pembunuhan berantai di Trondheim, Norwegia, dengan korban-korbannya kehilangan lever. Hades diperintahkan untuk menghabisi sang pembunuh dengan cara yang bisa diterima akal sehat manusia.
Menyamar sebagai Halstein dan Solveig, Hades dan Lyre menemui keluarga salah satu korban pembunuhan, Ivarr Emundsen. Adiknya, Nikolai Emundsen menjadi salah satu korban saat pergi sendirian di malam hari.
Ivarr Emundsen telah memilih untuk tidak lagi merasakan perasaan apa pun. Semua emosi yang normalnya dimiliki manusia, tidak lagi dimiliki oleh Ivarr. Ivarr bahkan tidak merasakan apa pun saat adiknya meninggal.
Tanpa mengetahui apa yang direncanakan oleh Halstein, Solveig mengikuti setiap perintah yang diberikan padanya, menemui Ivarr dan mengajaknya ke beberapa tempat.
Ternyata Halstein menginginkan Solveig untuk mengembalikan Ivarr menjadi seperti semula, kembali bisa merasakan emosi.
Pemuda itu masih hidup, dan gadis itu sudah mati.
Lantas saat Ivarr dan Solveig sama-sama merasakan percikan cinta, berhasilkah misi yang diemban oleh Halstein dan Solveig?
Membaca Purple Eyes berarti… menyelami rumitnya pemikiran kak Priska. Kelam.
Membaca Purple Eyes, mau tidak mau mengingatkan aku akan karya kak Prisca yang lain: French Pink, Eclair, dan Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa. Ada beberapa persamaan dari beberapa novel ini: sama-sama bernuansa fantasi dan dongeng, sama-sama berlatar di luar negeri, dan sama-sama kelam.
Dari sembilan novel kak Prisca yang aku punya, sebagian memang memiliki aura suram. Tragis. Namun magis.
Dan kemagisan inilah yang akhirnya menyihir kita untuk tetap larut dalam kisahnya.
Larut dalam Purple Eyes berarti larut dalam karakter Halstein sang dewa kematian, Ivarr, dan Solveig. Dengan nuansa romance yang tidak berlebihan, Purple Eyes membuat aku tidak mau meletakkan novel ini begitu saja.
Terkadang, aku bisa memahami apa yang dirasakan oleh Ivarr. Kesedihan yang mendalam bisa membuat kita seolah menumpulkan hati, memilih untuk tidak lagi merasa. Dan ya, aku tahu bagaimana rasanya.
Interaksi antara Solveig dan Ivarr justru membuat hangat. Sederhana, namun menghangatkan. Ah, kalau saja Ivarr itu nyata, kayanya orangnya cute kali ya?
>.<
Satu lagi, jangan sampai terkecoh dengan cover-nya. Walau bernuansa mellow, tapi bukunya sama sekali tidak mellow >.< Sebenernya berharap kalo buku ini lebih tebal. 144 halaman itu masih kurang kak!
Dan voila, dalam satu jam saja aku berhasil aku lahap.
Ah, sekali lagi kak Prisca berhasil menyihirku.
Membenci itu sangat melelahkan, bahkan lebih menguras emosi daripada merasa sedih.
Karena terkadang, tidak merasakan itu lebih baik daripada menanggung rasa sakit yang bertubi-tubi.
Aku berikan empat bintang untuk Purple Eyes… ^^