Bengkulu adalah sebuah provinsi di Sumatra dengan total luas 19.788,70 km2, berbatasan langsung dengan Sumatera Barat (utara), Lampung (selatan), Samudra Hindia (barat), serta Jambi dan Sumatera Selatan (timur). Dari total luas Bengkulu ini, tercatat 1.009.209 hektar di antaranya merupakan lahan tutupan hutan (1990). hari hutan indonesia, adopsi hutan
Seiring waktu berlalu, deforesiasi menjadi hal yang terlihat lumrah. Bayangkan saja, dari total 1.009.209 hektar luas tutupan hutan Bengkulu, pada tahun 2019 tersisa hanya 685.762 hektar. Sebagai salah satu makhluk nomaden alias terlalu sering pindah ke sana-ke mari di Provinsi Bengkulu ini, ada waktu-waktu yang kuhabiskan di perjalanan. Sedihnya, yang sering kulihat adalah bekas-bekas hutan yang terbakar, baik terbakar karena disengaja ataupun tidak.
Ini baru Bengkulu, belum lagi di provinsi-provinsi lain di Sumatra dan Kalimantan. FYI, bila kebanyakan orang mengira saat pandemi ini kita terbebas dari risiko karhutla, ternyata kita salah besar, temans. Justru di saat ini risiko karhutla tetap ada, dan harus diantisipasi dengan lebih baik lagi.
Padahal hutan Indonesia adalah paru-paru dunia. Hutanlah yang menyediakan oksigen untuk kita bernapas, menjadi tempat berlindung bagi beraneka ragam hayati, rumah bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, kita pun menggunakan apa saja yang disediakan hutan dalam kehidupan sehari-hari.
Adopsi Hutan, Sebuah Upaya Bersama untuk Jaga Hutan
Karena hal inilah, kini kita harus berbenah. Bila bukan kita yang jaga hutan sekuat tenaga saat ini, maka lama-kelamaan ekosistem yang ada semakin terganggu. Puncaknya nanti, ada kemungkinan bahwa kita tak lagi bisa mewariskan hutan pada anak cucu kelak.
Bayangkan saja bila nantinya hal itu benar-benar terjadi. Tak ada lagi cukup oksigen sebab tak ada lagi pepohonan, air bersih semakin sulit untuk ditemukan, hanya ada makanan pabrikan sebab tak ada lagi tumbuhan sebagai sumber makanan. Ya, saat hutan hanyalah sebuah kenangan, sebuah kisah yang dicerikan dalam dongeng dan sejarah belaka.
It doesn’t sounds so good, does it?
Adapun salah satu cara untuk melestarikan hutan adalah dengan bergotong-royong adopsi hutan. Tunggu dulu, apa itu adopsi hutan?
Adopsi hutan merupakan sebuah gagasan dari Hutan Itu Indonesia pada tanggal 7 Agustus 2020 lalu, yang bertepatan dengan Hari Hutan Indonesia. Dengan adopsi hutan, kita bekerja sama secara bahu-membahu untuk menjaga hutan melalui donasi.
Nah, dana dari donasi ini akan digunakan untuk menjaga pepohonan agar tetap teguh dan kokoh sehingga ekosistem yang ada tetap berjalan sebagaimana mestinya. Dana ini akan diberikan untuk biaya kegiatan patroli hutan, menyediakan fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat setempat, juga untuk membantu perekonomian warga.
Untuk berpartisipasi dalam adopsi hutan bisa dengan dua cara, yaitu melalui kitabisa.com dan situs harihutan.id, di mana target dana yang dibutuhkan adalah Rp 1 milyar. Bila kita melakukan adopsi hutan melalui situs Hari Hutan, maka bisa melalui menu Adopsi Hutan, lalu pilih nominal donasi serta metode pembayaran.
Siapa saja yang akan sangat terbantu dengan adopsi hutan ini? Ada empat lembaga yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, antara lain:
- Forum Konservasi Leuser dan Yayasan HAkA, di Provinsi Aceh
- Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) di Provinsi Kalimantan Barat
- Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) WARSI di Bengkulu, Sumatra Barat, dan Jambi
- PROFAUNA Indonesia di Provinsi Jawa Timur dan Kalimantan Timur
Yuk mari kita gotong royong adopsi hutan guna melestarikan hutan Indonesia. Sebab bukan hanya alam dan destinasi wisata saja yang sepatutnya menjadi perhatian kita, melainkan juga hutannya.
Setuju banget, kita bisa ikut berperan serta ya dengan adopsi hutan..